Mega-Berita.com Jakarta, - Aktivitas pembukaan lahan oleh perusahaan kelapa sawit PT Equator Sumber Rezeki (ESR), yang merupakan bagian dari First Borneo Group, kembali memicu sorotan publik. Perusahaan ini dilaporkan telah melakukan pembukaan hutan di kawasan habitat kritis orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Provinsi Kalimantan Barat — wilayah yang diketahui memiliki nilai konservasi tinggi atau High Conservation Value (HCV).
Menurut laporan investigatif Mongabay dan hasil pemantauan lembaga kampanye lingkungan Mighty Earth (Rapid Response 49/2025), ESR disebut telah membuka lebih dari 200 hektare hutan antara Agustus 2024 hingga Februari 2025. Aktivitas tersebut terjadi di dalam area konsesi perusahaan seluas 15.000 hektare, yang secara ekologis menjadi penyangga penting bagi populasi satwa dilindungi, termasuk orangutan dan berbagai spesies endemik Kalimantan.
Laporan tersebut juga mengungkapkan kekhawatiran serius dari para pemerhati lingkungan. Mereka memperingatkan bahwa jika ekspansi ESR berlanjut, sekitar 10.000 hektare hutan tropis berpotensi hilang — yang berarti hilangnya salah satu benteng terakhir habitat alami orangutan Kalimantan, yang kini berstatus Kritis Terancam Punah (Critically Endangered) menurut daftar merah IUCN.
Sementara itu, induk perusahaan First Borneo Group yang berkantor di Jakarta disebut memiliki rekam jejak deforestasi melalui sejumlah anak perusahaannya di Kalimantan dan Sumatera. Beberapa perusahaan besar dunia seperti Nestlé dan Musim Mas telah memutus hubungan dagang dengan grup ini, namun masih terdapat perusahaan lain yang tercatat sebagai bagian dari rantai pasok minyak sawit mereka.
Lembaga lingkungan dan jaringan advokasi internasional mendesak pemerintah serta perusahaan terkait untuk menghentikan segera aktivitas pembukaan hutan, serta melakukan audit ekologis menyeluruh terhadap konsesi ESR. Mereka menilai langkah tegas sangat dibutuhkan agar bencana ekologis dan hilangnya keanekaragaman hayati Kalimantan dapat dicegah sedini mungkin.
“Ini bukan sekadar soal bisnis sawit. Ini tentang tanggung jawab global dalam menjaga keberlangsungan spesies yang hampir punah dan keutuhan ekosistem hutan tropis terakhir di Borneo,” ujar salah satu peneliti lingkungan yang dikutip dari laporan Mighty Earth.
Cecep Kamaruddin
Publish
Sumber :
Mongabay (Hans Nicholas Jong), “Orangutan Habitat Under Siege as Palm Oil Company Clears Forest in Borneo”, 29 April 2025.


